Selasa, 11 Oktober 2016

Cerpen (based on true story)

TUMBUH KEMBALI

            Siapa yang tak pernah merasakan cinta dihidupnya? Seorang ibu yang mencintai buah hati kecilnya, Kakak yang melindungi adik kecilnya, Bahkan sepasang manusia dewasa memiliki hasrat untuk itu.. Jelas saja tuhan menciptakan hati untuk mencintai-dicintai, walaupun terkadang cinta itu tak terbalaskan atau tidak akan pernah sama sekali. Namaku Nuri, aku mantan siswi kelas 12 di salah satu sekolah negeri di sebuah kabupaten. Aku memiliki teman pria yang bisa disebut ia menarik  dan baik dimataku, sebutlah namanya adalah Riko. Aku mengenalnya saat kami duduk di kelas 11, mungkin dia tak rupawan namun ia sungguh menarik hati terlebih saat ia tertawa deretan gigi manisnya tersusun manis disana. Suatu hari aku merasakan bahwa aku memang suka dan tertarik pada dia, cinta? Dulu aku tak pernah menganggap itu adalah sebuah cinta, karena menurutku itu terlalu cepat jadi aku hanya menganggap itu adalah perasaan mengagumi dia. Waktu terus berlalu, kami masih dekat seperti sebelumnya, namun entah kenapa didekatnya aku merasakan kenyaman yang tidak bisa dijelaskan, aku mulai merasa kesal saat ia dekat dengan teman perempuan ku yang lain, tertawa dengan oranglain mengenai sesuatu yang menurutku itu sama sekali tidak lucu. Oh tuhan… Mungkin aku??

            Tentu saja detik teruslah bergulir menjadi menit, jam dan menjumlah menjadi hari. Aku tak mau siapapun mengetahui ini, jadi aku terus pendam  saja sendiri. Oiya, saat jam pelajaran yang membosankan aku lebih memilih mencoret-coret buku tulisku bagian belakang dengan headset yang memutarkan lagu kesukaanku di telinga. Saat seperti itulah yang menjemukan untuk ku, terlebih aku ini duduk sendiri karena murid dikelasku berjumlah ganjil. Well, aku harus duduk sendirian dibelakang pula. Oke cukup menyedihkan bukan? Jadi mungkin begitulah caraku menghibur diri dari perasaan jenuh oleh pelajaran. Namun tiba-tiba dia mengendap-endap berjalan mendekati bangku ku, jarak bangku kami memang dekat hanya terhalang satu bangku. Dan dia melihat coretanku dibuku, aku yang terkejut akan kedatangan dia yang menurutku sedikit menakutkan itu refleks menutup buku, namun ternyata tulisan itu bisa terbaca jelas olehnya
“Cie.. siapa tuh mister?” Tanya Riko
“Mister apaa ah, ngaco!! Perhatiin tuh guru depan” Ujarku agak sewot
“Alah, males. Mendingan perhatiin kamu aja” Gombal Riko
“Rese ah..” sambil aku mencubitnya dan menahan senyum. Entah harus kugambarkan seperti apa perasaanku pada waktu itu. Intinya aku menyukai gombalan dia, bahkan gapeduli walaupun ia bicara seperti itu ke semua anak kelas. Yang aku ingat adalah mata dan senyuman manisnya saat mengatakan itu padaku. OH IT’S SO DAMN!!

            Memang benar pepatah yang menyebutkan ‘Sepandai-pandaiya menyembunyikan bangkai akan tercium jua’. Begitulah dengan ku, teman-teman dekatku penasaran siapakah pria yang sering ku panggil “MISTER” tersebut? Awalnya aku sungguh enggan memberitahukan itu namun aku tak bisa menyembunyikan perasaan malu saat teman ku menyebut nama RIKO.
“Siapa sih? Riko ya Nu?” Tanya Rosy
“Bukan kok, apaan sih?! Udah ah yu pulang” Jawabku mengalihkan pembicaraan.
“Bukan tapi kok pipinya merah sih?” Selidik Rosy. PIPI PENGHIANAT!! Akhirnya aku menceritakan semua. Dan aku bilang ini hanyalah perasaan yang akan hilang diterpa derasnya waktu yang akan terus berlalu. Namun diluar dugaan, Rosy malah bilang..
“Nu, kalo kamu emang suka sama dia coba ungkapin aja. Jangan kamu pendam sendiri enggak cape apa terus-terusan begini?” dan aku hanya tersenyum tanpa ingin membahas lagi obrolan ini lebih lanjut. Dalam hati aku memang membenarkan perkataannya,namun aku juga enggak mau egois, jangan sampai perasaan konyol ku ini malahan merusak pertemanan aku sama RikoL

            Entah siapa yang pertama kali menyebarkan gosip itu di kelas, tapi yang kuyakini itu bukan Rosy karena dia teman baikku yang bisa aku percaya perkataannya mungkin saat kami berbincang ada cicak putih yang ikutan menyimak. AND FINNALY??! Hubungan pertemananku hancur, dia menjauhiku sekaligus seakan ia jijik melihatku, saat berpapasan malah buang muka, saat dikelas hanya berdua dia lebih baik pergi keluar. APA SALAHKU??? APAKAH AKU BERDOSA MENYUKAI SEORANG TEMAN?? APAKAH AKU MEMANG ENGGAK PANTAS MENYUKAINYA?? SEBEGITUKAH AKU DIMATANYA?! Itu sedikit banyaknya membuatku hancur, bahkan akupun pernah menangis hingga rasanya airmata enggan keluar lagi. Sikapnya yang begitu mengintimidasiku seakan aku adalah sebuah barang yang menjijikan yang tak boleh dilihat bahkan untuk adapun kiranya tak pantas. Begitu sakitnya ulu hatiku saat mengetahui begitukah reaksinya padaku. Pelan aku mencoba bangkit, aku coba kubur dan mengulur rasa ini, aku bertekad akan membunuhnya bagaimana pun caranya. Dan aku tak pernah berbincang sepatah kata pun setelah itu.

            Hari terus bergulir dan lebih dari satu tahun lamanya setelah kejadian itu kini aku kelas 12 ujung dari sekolah SMA. Belum hilang kurasa namun agak lega bisa terbiasa dengan ini. Aku mengobati hati dengan hati yang lain, dengan kata lain aku mencari penggantinya yang lebih dari dia bahkan dalam hati aku menghujat diriku yang malahan hancur oleh seorang lelaki jahat sepertinya. Jujur aku memang senang saat dengan mereka pengganti Riko. Tapi jauh dilubuk hatiku masih tersimpan dia. Iya dia!! Dia yang udah nyakitin aku, bikin aku nangis selama berjam-jam lamanya, membuatku seperti kaleng kosong yang hampa dan kerontang disapu angin jalanan. Yang pertama terfikir adalah : “AKU SUDAH GILA!!”. Mana mungkin ada manusia yang disakitin dan dihancurkan tapi masih tetap mengukir nama orang itu dihatinya? Aku mencoba terus menyibukkan diriku agar perasaan ini terkubur sedalam-dalamnya laut atau bahkan lenyap ditelan bumi pun tak apa, Whatever. Jahat? Ohya, apakah seorang pria yang menyakiti seorang wanita yang mencintainya adalah sebuah kebajikan? Kurasa ia lebih dari kata jahat!! Aku tak pernah mau membahas tentang dia atau apapun tentang yang berhubungan dengan dia karena aku takut, karena mungkin saja hatiku akan hancur, karena mungkin aku masih rapuh untuk membahas tentangnya lagi, karena mungkin saja aku akan jatuh ci… Oh, itu gak akan mungkin! Beruntunglah aku mendapatkan pengganti dari kekasihku yang sebelumnya. Perasaanku? Kurasa aku tak berniat serius pada mereka, toh inikan masih tahap kekasih bukan? Yah, setiap ada pendapat pasti ada pro dan kontra dengan prinsipku yang satu ini. Tapi aku gapernah peduli apa kata orang lain akan hal ini. Aku bertemu oleh seniorku, dia bernama Ian. Dia seniorku disekolah yang lulus satu tahun lalu dan singkat cerita kami menjadi kekasih karena sebelumnya kami memang pernah sempat dekat. Aku mulai menyayanginya, layaknya aku menyayangi Riko dan ku fikir rasaku pada Riko telah memudar, hilang dan lenyap. Aku merasa akulah yang terhebat dari sekian manusia karena aku bisa meluluhkan hatiku dan membangun rasa yang lain diatas rasa yang telah ada.

            Tepat saat aku harus berjauhan dengan Ian, Riko kembali muncul sebagai teman. Ia mulai mau membalas komen ku di media sosialnya, ia mulai terasa seperti Riko yang dulu pernah ku kenal. Dia yang pernah menyakitiku sampai sehancur-hancurnya dan kini membuatku merasa nyaman bahkan rasanya didalam hatiku ada jutaan jenis bunga yang bermekaran. Entah mungkin memang aku yang bodoh dan terlalu lemah, aku merasakan rasa yang dulu pernah ada seakan tumbuh dan mekar kembali. Layaknya bunga yang layu tersimpan di suatu ruangan pengap, kini ia mendapatkan sumber matahari dan air yang cukup. Aku merenung dan mengerti apa yang sebenarnya dari awal aku inginkan. Bukan Bayu, Ian atau yang lain. Yang aku inginkan adalah dia. RIKO. Terdengar konyol bukan? Tapi itulah yang kini ku fahami, aku memang inginkan dia bukan mereka atau siapa dan apapun itu. Adakah yang mengerti perasaan ini? Mengagumi seseorang dengan bertahun-tahun lamanya, seseorang yang telah menganggapmu barang yang menjijikan dan tak patut dilihat, seseorang yang SANGAT kekanakan oleh hati. Miris dan memilukan hati adalah perasaan selama ini. Rasanya aku adalah manusia terbodoh dan terkonyol yang pernah dilahirkan, betapa tidak? Menghujat seseorang yang dikagumi, coba membunuh perasaan yang ada, menipu diri sendiri dan mengatakan seakan ‘everythink’s gonna be okay’, dan akhirnya akulah yang kalah dalam perang diri ini hingga berlutut pada hatiku sendiri…

            Dan kini aku harap kamu faham rasanya seperti apa Riko setelah kau membaca ini, aku harap kau tak menjauhi ku seperti dulu yang pernah kau lakukan. Aku hanya mau kau ada dekatku walaupun hanya sekedar menjadi seorang teman, jangan pernah pergi atas perasaan ini, dan ijinkan aku memiliki rasa ini hingga diujung batas kelelahan yang tak bertepi. Aku hanya ingin kau mengetahui yang sesungguhnya dariku, bukan dari mereka dan aku sungguh tak akan mengharapkan balasan apapun dari ini, cukup kau memperlakukan aku layaknya temanmu yang lain.J






Nb :

“ANDA MENGHITUNG HARI”

Menghitung hari detik demi detik
Menunggu itu kan menjemukan
Tapi ku sabar menanti jawabmu
Jawab cintamu,,,
Jangan kau pergi harapkan padaku
Seperti ingin tapi tak ingin
Yang aku minta tulus hatimu
Bukan pura pura,,,
Jangan pergi dari cintaku
Biar saja tetap denganku
Biar semua tahu adanya
Dirimu memang punyaku
Jangan kau pergi harapkan padaku
Separti ingin tapi tak ingin
Yang aku minta tulus hatimu
Bukan pura pura
Jangan pergi dari cintaku
Biar saja tetap denganku
Biar semua tahu adanya
Dirimu memang punyaku
Belum pernah aku jatuh cinta

Sekeras ini seperti ini seperti padamu
(R)*** (N)*******


Nurussobah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar